Wednesday, September 30, 2015

Pekerjaanmu adalah istrimu yang akan menghantar mu untuk meraih sukses dalam hidupmu

“Berapa banyak uang yang kamu miliki Apakah itu membuat kamu meningkatkan ganda tabunganmu ?”


Saya terkejut dengan pertanyaan ini, dan berkeringat karena saya tidak bisa menjawabnya. Memang benar bahwa tabungan saya tidak meningkat sesuai dengan gaji saya. Kemudian, Papa yang duduk di sebelah mama menasehati :

“Kamu tidak menyadari bahwa kamu membuang banyak waktu berharga untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang baik dan tantangan. Mengapa kamu harus melakukan ini?. Kamu harus tahu jika kamu tetap bekerja di satu perusahaan maka kamu bisa mendapatkan gaji lebih dari apa yang kamu harapkan. Sekarang , ketika kamu melamar di perusahaan dan melihat CV kamu, direktur akan bertanya “mengapa kamu berhenti dari satu perusahaan untuk bekerja di perusahaan lain?” Kemudian dia bisa menolak aplikasi kamu karena ia hanya mempekerjakan seorang karyawan yang setia. Loyalitas adalah penting,. dan walaupun kamu pintar tetapi loyalitas tidak ada maka kamu tidak akan menerima gaji lebih besar dari rekan kamu yang memiliki loyalitas meskipun tidak pintar.”


Mama menambahkan :


“Kamu tidak tahu bahwa bekerja adalah seperti pernikahan, bukan?”

Saya tertawa setelah mendengar ini, tapi masih mendengarkan ayah saya, karena topik sangat sangat menarik. Papa menjelaskan :

“Ketika kamu ingin bekerja di sebuah perusahaan, 
kamu harus menerapkan dan mengirim surat lamaran kerja. 
Hal ini sama dengan ketika kamu ingin menikah seorang gadis, maka kamu juga harus pergi ke orang tuanya dan melamar dia menjadi istri kamu.”

Saya mulai berpikir tentang penjelasan papa, dan sedikit demi sedikit memahaminya. Mama melanjutkan :

“Setelah menikah seorang gadis, kamu tidak bisa menceraikannya. Kamu harus merawatnya.  Itu sama saja dengan pekerjaanmu. Setelah kamu diterima bekerja maka kamu harus memperlakukan pekerjaan kamu sebagai istrimu. Seperti istrimu, pekerjaanmu akan juga membuatmu dalam masalah jika kamu tidak merawatnya dengan baik. Jika kamu memiliki masalah dalam bekerja, maka sama saja bahwa kamu terhambat untuk mencapai keberhasilan. “

Secara tidak langsung dari percakapan dengan papa dan mama, saya mendapat pencerahan :

“jangan perlakukan pekerjaanmu seperti makan permen karet, 
namun perlakukan pekerjaanmu seperti istrimu 
sehingga kamu akan selalu termotivasi dan setia kepada pekerjaanmu 
sama seperti kamu setia pada istrimu. 
Keberhasilanmu bukan berasal dari pindah-pindah pekerjaan yang sangat sering. Tetapi dari fokus pada satu pekerjaan sampai kamu mencapai keberhasilan. 
Tidak seorangpun dapat mencapai sukses 
jika mereka melompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. 
Meskipun dalam pekerjaan baru kamu dipromosikan 
atau posisi lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya, 
tapi itu tidak berarti kamu sudah mencapai kesuksesan 
karena sukses kamu bukanlah yang sempurna. 
Kamu harus menyadari bahwa 
keberhasilan harus dicapai langkah demi langkah, 
prosesnya tidak dapat dipercepat 
dan proses ini harus berjalan normal menurut alam. “


Pekerjaanmu adalah istrimu yang akan menghantar mu untuk meraih sukses dalam hidupmu.

Your work is your wife who will deliver you to succeed in your life

"How much money do you have it make you double your savings increase?"


I was surprised by this question, and sweating because I can not answer. It is true that my savings did not increase in accordance with my salary. Then, Papa sitting beside mama advise:

"You do not realize that you are wasting a lot of precious time to find a job with a good salary and a challenge. Why do you have to do this ?. You should know that if you keep working at one company then you can earn more than what you expect. Now, when you are applying for in the company and see your CV, the director will ask "why do you stop from one company to work in another company?" Then he can reject your application because he just hired an employee who faithfully. Loyalty is important ,. and even if you are smart but loyalty is not there then you will not receive a salary greater than your peers who have loyalty although not smart. "


Mama added:


"You do not know that work is like a marriage, is not it?"

I laughed after hearing this, but still listen to my father, because the topic is very very interesting. Papa explains:

"When you want to work in a company,
You have to apply and send a job application.
This is the same as when you want to marry a girl, then you also have to go to her parents and applied for her to be your wife. "

I started thinking about the explanation papa, and little by little understood. Mama continued:

"After marrying a girl, you can not divorce her. You have to take care of him. It's the same with your work. Once you are accepted to work then you should treat your job as a wife. Such as your wife, your work will also get you in trouble if you do not take good care. If you have a problem at work, then the same thing that you are constrained to achieve success. "

Indirectly from the conversation with papa and mama, I was enlightened:

"Do not treat your job like chewing gum,
but treat your job like your wife
so you will always be motivated and loyal to your job
just as you are faithful to your wife.
Your success does not come from the work moved around very often. But of focusing on one job until you achieve success.
No one can achieve success
if they jump from one job to another.
Although the new job you promoted
or a higher position than previous work,
but that does not mean you've achieved success
because you are not a perfect success.
You should be aware that
success must be achieved step by step,
the process can not be accelerated
and this process should be running normally by nature. "


Your work is your wife who will deliver you to succeed in your life.

Monday, September 28, 2015

Anda seorang Jumper ?

Pada saat ini, banyak orang bekerja tanpa cinta apapun untuk apa yang mereka lakukan.  Mereka hanya melakukan tugas sehari-hari dan menyelesaikannya sesuai target.  Ini bagus dan tidak salah.  Namun, perlahan-lahan mulai menjadi kegiatan rutin yang membuat mereka tidak memiliki motivasi untuk mencapai lebih.

Motivasi kerja sangat penting dalam sebuah perusahaan.  Seorang karyawan yang bermotivasi tinggi akan menjadi aset yang sangat penting bagi perusahaan, dan biasanya akan memiliki gaji lebih besar daripada yang lain.  Namun, karyawan dengan motivasi tinggi juga akan menjadi masalah bagi perusahaan ketika tidak ada tantangan lagi.  Sebagai konsekuensi dari tidak ada tantangan, mereka akan berhenti dan mencari pekerjaan baru.

Pertanyaannya adalah: apakah benar-benar tidak ada tantangan dalam perusahaan?

Jawaban saya adalah: itu tidak benar.

Mengapa demikian?

Ini karena setiap pekerjaan selalu memiliki tantangan dari hari ke hari.

Namun, mengapa mereka berhenti?

Mereka berhenti dengan alasan klasik yaitu untuk memiliki penghasilan besar dari sebelumnya.  Bagi mereka, tantangan adalah sesuai dengan jumlah gaji yang diterima setiap bulan.  Pola pikir mereka adalah tantangan besar adalah gaji besar.

Jujur, mereka tidak semua salah.  Saya juga memiliki pola pikir yang sama sebelumnya, dan itu membuat saya selalu mencari pekerjaan baru dengan tantangan yang lebih besar dan gaji yang lebih besar.  Aku hampir menjadi seorang jumper yang melompat dari satu perusahaan ke perusahaan lain.  Sampai suatu hari, dalam sebuah acara makan malam bersama papa dan mama, saya mendapat pertanyaan dari mereka :

“Apa yang kamu dapatkan dari selalu memiliki pekerjaan baru?”

Jumper

At this time, many people are working without any love for what they do. They only perform everyday tasks and finish on target. This is good and not wrong. However, slowly started to become routine activities that make them do not have the motivation to achieve more.

Work motivation is very important in a company. An employee who is motivated will be a very important asset for the company, and will usually have higher salaries than others. However, employees with high motivation will be a problem for companies when there is no longer a challenge. As a consequence of no challenge, they will stop and look for a new job.

The question is: is there really no challenge within the company?

My answer is: it's not true.

Why is that?

This is because every job always has its challenges from day to day.

However, why did they stop?

They stopped by the classic reason is to have a large income than before. For them, the challenge is in accordance with the amount of salary received every month. Their mindset is a major challenge is the huge salary.

Honestly, they are not all wrong. I also have the same mindset before, and it makes me always look for a new job with greater challenges and a larger salary. I almost became a jumper that jumps from one company to another. Until one day, a dinner with papa and mama, I got a question from them:

"What you get from always having a new job?"

Sunday, September 27, 2015

Bahagia seperti apa yang diinginkan ?

“Bahagia seperti apa yang diinginkan ?”

Kalau sudah demikian, ada bermacam-macam jawaban : ingin rumah besar dengan kolam renang, ingin keliling dunia….dan seterusnya.

Menentukan tujuan hidup adalah penting, sebab bisa membuat hidup menjadi terarah, jelas arah dan tujuannya. Coba saja di satu hari ke mall tetapi tidak menentukan maksud ke mall…apa yang terjadi ? kita bisa kelilingi mall dari sudut ke sudut, dari lantai ke lantai selama seharian, dan yang akan bisa terjadi adalah terus belanja sampai akhirnya habis duit. Nah apakah ini tidak disebut tragedi ? Habis duit gara-gara ke mall tanpa tujuan ! 

Lain halnya kalau pergi ke mall memang bertujuan membeli sesuatu atau untuk menemui teman atau untuk nonton bioskop. Pastinya setelah sampai di mall, akan bergegas menuju toko yang menjual barang yang akan dibeli, langsung menuju tempat pertemuan dengan teman, atau langsung menuju ke gedung bioskop.

Menentukan tujuan hidup adalah tidak mudah dan tidak susah. Menjadi gampang kalau sedikit yang diinginkan, dan akan menjadi sulit kalau banyak yang diinginkan. Kalau banyak yang diinginkan akan membuat sulit menentukan yang ingin dicapai terlebih dahulu, yang akhirnya berakibat pada kebingungan dan menjadikan tidak tahu tujuan hidup. 

Nah celakanya, bisa jadi semakin hari juga semakin banyak yang diinginkan. Kalau ini terjadi, maka akan menjadi semakin bias tujuan yang ingin dicapai karena terlalu banyak yang diinginkan.

Mempunyai banyak tujuan atau keinginan itu tidaklah salah, yang salah adalah manakala kita tidak bisa menentukan tujuan atau keinginan yang ingin dicapai terlebih dahulu. 

Supaya bisa melakukannya, yang saya selalu lakukan adalah menyusun semua keinginan yang ada dan kemudian dibuat prioritas keinginan yang bisa dan mudah dicapai terlebih dahulu. Sesudah itu, melangkah setahap demi setahap untuk meraih tujuan. 

Kalau gagal, harus bagaimana ?

What Happiness as what you want?

"What Happiness as what you want?"

If it is so, there is an assortment of answers: want a big house with a swimming pool, wants to travel around the world ... and so on.

Determining the purpose of life is important, because it could make life becomes focused, clear direction and purpose. Try it in one day to the mall but did not specify the intent to mall ... what happened? we could surround the mall from corner to corner, from floor to floor during the day, and that will happen is keep shopping until eventually run out of money. Well if this is not called a tragedy? Run out of money because the mall aimlessly!

Another case if you go to the mall are aimed to buy something or to meet friends or to the movies. Surely after arriving at the mall, will be rushed to stores that sell the goods to be purchased, straight to the meeting place with friends, or go directly to the theater.

Determining the purpose of life is not easy and not difficult. Becomes easier if a little to be desired, and it will be difficult if the lot to be desired. If a lot to be desired would make it difficult to determine which is to be achieved first, which eventually resulted in confusion and made do not know the purpose of life.

Well unfortunately, it could be more days are also more desirable. If this happens, it will become increasingly biased goals to be achieved because it is too much to be desired.

Have many goals or desires it is not wrong, wrong is when we can not determine the purpose or desire to be achieved first.

In order to do so, which I always do is compile all existing desires and then made a priority and desire that can easily be reached first. After that, step step by step to reach the goal.

If it fails, what to do?

Saturday, September 26, 2015

What a happy do you want?

When asked:

What is the purpose of your life?

Then what is the answer?

There is a fast and swift answer. But there are pensive confused about what to answer, and as ultimately confused many who carelessly replied:

"The purpose of my life is to be happy!"

If the answer:

"The purpose of my life is to be happy"

Another question will arise:

"What a happy do you want?"

Want to know the answer? Follow the next post. :)

Seperti apa bahagia yang kamu inginkan ?

Kalau ditanya : 

Apa tujuan hidup kamu ? 

Lalu apakah jawabannya ?

Ada yang cepat dan sigap menjawab. Tetapi ada yang termenung bingung mau menjawab apa, dan karena bingung akhirnya banyak yang asal-asalan menjawab : 

“Tujuan hidup saya adalah untuk bahagia !”

Kalau jawabannya :

“Tujuan hidup saya adalah untuk bahagia” 

Akan muncul pertanyaan lain : 

“Seperti apa bahagia yang kamu inginkan ?”

Ingin tahu jawabannya ? Ikuti posting berikutnya. :)

Friday, September 25, 2015

Dahan yang kering tetap bermanfaat, jangan pernah membuangnya

Dahan kering akan patah sendiri, 
tetapi tidaklah ini berarti dahan kering tidak berguna


Saya makan di bawah rindangnya pepohonan, di iringi oleh kicau burung, dan di dapan saya terlihat megahnya gunung merbabu. Sungguh indah ! dan suasana semakin indah karena sambutan warga desa yang ramah. 

Hati saya tersentuh dan menyadari bahwa saat ini saya berada jauh dari sanak saudara, dan tinggal di desa yang sebelumnya tidak saya kenal. Tetapi warga desa sangat ramah dan akrab dengan saya, bahkan ada kakek-kakek yang secara sukarela mengambilkan makanan untuk saya, menawari saya minum, dan sewaktu saya minta air kelapapun juga diambilkan oleh si Kakek. Si kakek melayani saya seperti layaknya seorang kakek dengan cucunya. 

Perbuatan kakek ini menyadarkan saya, betapa selama ini saya justru sering mengacuhkan Paman saya ! Tidak terasa mata saya berkaca-kaca. Saya teringat dengan Paman yang sudah saya anggap benalu di keluarga, dan selalu saya katakan kepada Papa untuk mengirim Paman ke panti jompo karena sudah tua, sakit-sakitan dan saya anggap merepotkan keluarga saja.

Paman adalah saudara sepupu ayah saya. Sejak kecil, paman saya tidak mempunyai orangtua dan diasuh oleh keluarga kami dan dianggap anak sendiri. Oleh karena ibu Paman adalah kakak dari Nenek saya, maka secara adat, paman adalah kakak Papa meskipun usianya hanya terpaut beberapa bulan. Paman saya dulunya bekerja sebagai akunting di sebuah perusahaan, dan dia menikah tanpa dikaruniai anak. Meninggalnya Bibi membuat Paman terpukul. Hidupnya kacau, paman menjadi perokok, dan mulai sering tidak masuk kerja sehingga akhirnya Paman kehilangan pekerjaannya. Oleh karena hidupnya semakin tidak terurus, 

Papa berinisiatif untuk mengajak Paman tinggal di rumah kami. Selama tinggal di rumah, tidak banyak yang Paman lakukan, dan kerjanya hanya melamun sambil merokok. Sampai pada akhirnya, Paman mulai sakit dan dokter mendiagnosa bahwa Paman menderita TBC. Karena takut tertular TBC, maka Papa meminta kami semua untuk tidak menggunakan gelas yang sama paman, dan Paman mendapat gelas, piring, sendok, dll untuk dia pakai sendiri. Kami juga mulai menjaga jarak dengan Paman. Meskipun diobati, penyakit Paman bertambah parah karena dia tetap tidak menghentikan kebiasaannya merokok. 

Supaya Paman dapat dirawat dengan baik, Papa ingin membawa paman berobat di rumah sakit, dan ditolak oleh paman. Papa akhirnya memperkerjakan perawat khusus untuk merawat paman. Usia paman tidak lama, dan akhirnya setelah satu tahun kemudian, Paman-pun meningal dunia. 

Menjelang akhir hayatnya, Paman mewariskan semua tabungannya ke sebuah Yayasan Sosial, dan dia meninggalkan wasiat untuk mendonorkan organ tubuh yang masih berfungsi dan normal kepada yang membutuhkan. 

Dahan yang kering tetap bermanfaat, jangan pernah membuangnya

Dry branches remain useful, do not ever throw

Dry limb would break itself,
but this does not mean the dry limb useless


I eat in the shade of trees, accompanied by birdsong, and I can both look magnificent mountain merbabu. So beautiful ! and the atmosphere even more beautiful because villagers are friendly welcome.

My heart was touched and realized that this time I was away from relatives, and lived in villages that were previously unknown to me. But the villagers are very friendly and familiar to me, there is even a grandfather who volunteered to fetch food for me, offered me a drink, and when I asked for water kelapapun also be taken by the grandfather. The grandfather served me like a grandfather with his grandson.

Act grandfather made me realize how far I would often ignored my uncle! Does not feel my eyes filled with tears. I remembered my uncle who already consider the parasite in the family, and I always told Papa to send Uncle to a nursing home for elderly, sick and I consider troublesome family only.

Uncle is my father's cousin. Since childhood, my uncle did not have parents, and taken care of by our family and are considered children of their own. Therefore, maternal uncle is the brother of my grandmother, it is customary, the uncle is the brother of Papa despite his age to within a few months. My uncle used to work as an accounting in a company, and she married without blessed with children. Bibi's death makes Uncle hit. Her life was chaotic, uncle to be smokers, and started many days of work so that eventually uncle lost his job. Therefore, her life was not neglected,

Papa took the initiative to invite Uncle stay in our house. During his stay in the house, not much uncle did, and it works just daydreaming while smoking. Until the end, Uncle began to ache and the doctor diagnosed that Uncle suffering from tuberculosis. For fear of contracting tuberculosis, then Dad asked us all not to use the same glass uncle, and Uncle got glasses, plates, spoons, etc. to his own use. We have also begun to distance Uncle. Although treatable, the disease worsens Uncle because he still did not stop the habit of smoking.

Uncle can be treated so well, Papa wants to bring uncle treated in hospital, and was rejected by an uncle. Papa eventually employ specialized nurses to take care of his uncle. Age uncle not long, and finally after a year later, Uncle-even world died.

Towards the end of his life, Uncle bequeath all his savings into a Social Foundation, and he left a will to donate organs are still functioning and normal to the needy.

Dry branches remain useful, do not ever throw

Thursday, September 24, 2015

Kekuatan Cinta

Sumber energi terbesar utk motivasi dan inspirasi adalah cinta. 

Pernahkah kita tidak mendapatkan inspirasi dalam hidup ini ?

Pernahkah kita mengalami kehilangan motivasi untuk menjalani hidup ?

Sebagian besar -dan mungkin semua- orang pernah mengalami tidak adanya inspirasi dan kehilangan motivasi dalam hidup ini. Tidak adanya inspirasi dan kehilangan motivasi dalam menjalani hidup adalah keadaan yang tidak mengenakkan dan apabila keadaan ini berlarut-larut maka bisa menyebabkan rasa putus asa yang besar dan akhirnya menimbulkan pikiran serta dorongan untuk bunuh diri.

Saya pernah mengalami situasi yang saya sebut di atas pada saat usaha saya bangkrut dan hutang menumpuk. Situasi yang saya alami sangat tidak mengenakkan. Ditambah dengan perlakuan kakak-kakak saya yang sangat sinis terhadap saya.

Belum lagi lingkungan tetangga yang ngrumpi tentang kebangkrutan saya; dan debt collector yang hampir tiap hari menyambangi rumah. Setiap hari selalu stress, cemas, dan dihinggapi ketakutan. Situasi ini memunculkan kebiasaan baru pada diri saya : bangun pagi-pagi dan segera pergi dari rumah, dan pulangnya larut malam. Saya sia-siakan waktu saya untuk hal-hal tidak berguna, seperti nongkrong di terminal. Saya pulang selalu di atas jam 00.00, dan itupun tetap tidak bisa tidur, karena dilanda ketakutan hebat akan hari esok.

Saya benar-benar menghadapi jalan buntu, berada di dalam kubangan dan lobang yan gelap. Saya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Semangat hidup mulai pudar, sampai akhirnya muncul keinginan untuk mati. Saya mulai merusak diri dengan merokok, tidak makan, begadang dengan teman-teman, sering tidak pulang,  dan semua kegiatan yang tidak sehat. Lambat laun fisik saya rusak dan bermacam penyakit menghampiri saya. Meskipun saya tahu kalau saya sakit, tetapi tidak satupun saya hentikan kegiatan tidak sehat tersebut. Bahkan, saya kabur ke Jakarta dalam keadaan sakit.

Tindakan saya kabur dari rumah adalah tindakan yang tidak terpuji. Dengan kabur dari rumah, saya lari dari kenyataan, dan tidak menyelesaikan masalah. Saya kabur ke Jakarta dan memulai hidup sendiri. Di Jakarta, dengan sisa uang yang ada dan sakit yang lama-lama mulai parah, saya mulai menjalani hidup saya sendiri. Untuk sementara, hidup saya tenang. Tapi tetap saja saya tidak tahu harus berbuat apa.

Oleh karena fisik saya lemah karena penyakit liver yang saya alami, satu bulan di Jakarta hanya diisi dengan tidur dan tidur. Saya menolak opname dan hanya mengandalkan obat yang diberikan oleh klinik RS. St. Carolus. Sampai suatu hari, saya tiba-tiba merindukan papa dan mama saya. Saya ingin telpon tapi saya takut kalau akhirnya saya tidak bisa menolak apabila diminta pulang, dan kalau pulang akan menghadapi cibiran yang lebih hebat. Akhirnya, saya pendam saja kerinduan itu dan saya berjanji untuk tidak mengecewakan papa dan mama.

Rasa rindu ini muncul karena rasa cinta saya yang besar terhadap papa dan mama. Rasa cinta inilah yang ternyata memunculkan energi luar biasa untuk bangkit. Saya mulai terinspirasi untuk bangkit, seketika saya mulai merasa sehat, dan termotivasi untuk membuktikan bahwa saya bisa sukses kembali. Semangat ini menstimulir otak saya, yang membuat saya kembali ingat akan impian saya. Semua saya fokuskan untuk mewujudkan impian tersebut.

Setapak demi setapak saya melangkah untuk mewujudkan impian saya. Dalam keadaan sakit, saya susun proposal bisnis. Saya mulai hubungi teman-teman saya. Tidak semua teman menerima saya, sebab ada beberapa yang menolak karena takut saya akan berhutang. Saya tetap maju dan maju. Saya buang perasaan malu. Saya buang semua ketakutan, dan hanya berfokus untuk sukses. Sayapun dengarkan semua opini teman akan proposal saya, dan tidak segan saya minta pendapat mereka. Gayung bersambut, usaha saya tidaklah sia-sia. Sayapun berhasil mendapat partner usaha.

Sungguh hebat kekuatan cinta. Saya kembali bangkit dan mewujudkan cita-cita karena cinta saya terhadap papa dan mama.

Di sisi lain, cinta itu bagaikan pisau bermata dua ! Cinta bisa menjadi sumber insirasi dan motivasi, sebaliknya kehilangan orang yang dicintai juga bisa membuat kita down kembali. Kepergian orang yang kita cintai sering membuat kita sedih berkepanjangan dan seperti kehilangan dunia. Inipun juga saya alami!

Waktu papa meninggal, kesedihan melanda. Sempat saya down, karena papa meninggal tanpa sempat melihat saya berhasil. Kepergian orang-orang yang saya cintai, seperti sahabat terbaik saya, juga membuat saya down kembali. Saya meratap, dan menyesali kepergian mereka. Saya menyesal karena mengacuhkan dan tidak memperhatikan mereka sewaktu hidup. Kepedihan ini terus saya pendam dan membuat saya kembali tidak semangat. Hanya saja, situasi yang saya alami berbeda dengan waktu saya bangkrut. Kepedihan da kesedihan hati saya alihkan dengan menghibur diri bersama teman di kafe. Minuman keras meracuni saya, dan membuat penyakit liver saya kambuh. Saya masih malas berobat, sampai akhirnya saya jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. 

Sembuh dari penyakit liver, saya menghentikan kegiatan menghibur diri di kafe, dan saya atasi kepedihan dengan membenamkan diri di pekerjaan saja. Hanya dengan bekerja maka saya merasa tidak sedih, dan setiap bekerja selalu saya yakinkan diri saya bahwa saya lakukan ini untuk orang yang saya cintai. Dengan bekerja, sedikit demi sedikit rasa sedih berkurang, dan kesedihan ini berubah menjadi kebahagiaan pada saat seseorang datang membawa cinta. 

Di sinilah saya tersadarkan, dan sayapun ingat akan ucapan Alm David -sahabat terbaik saya- yang pernah berkata; Huang, if you love someone, put your love in a circle and it will never ends.

Tulisan ini saya buat sebagai ucapan terima kasih dan cinta saya terhadap seseorang yang sudah membangkitkan saya kembali

The power of LOVE

Biggesst energy source of motivation and inspiration is love.

Have we not get inspiration in life?

Have we ever experienced a loss of motivation to live?

-and Perhaps most of all-people have experienced the lack of inspiration and motivation to lose in this life. The absence of inspiration and loss of motivation in life is the unpleasant circumstances and if this situation drag on it could cause great despair and ultimately lead to the mind as well as the urge to commit suicide.

I never experienced a situation that I referred to above when my business went bankrupt and the debts pile up. I experienced the situation very uncomfortable. Coupled with the treatment of my brothers were very cynical of me.

Not to mention the neighborhoods talking about my bankruptcy; and debt collectors who visited the house almost every day. Every day stress, anxiety, and seized with fear. This situation raises new habits to myself: get up early and get out of the house, and the return late at night. I wasted my time on useless things, like hanging out in the terminal. I return to my home has always been above 00.00, and even then still can not sleep, because the great fear stricken tomorrow.

I'm really stuck, were in the dark puddles and dark holes. I do not know what else to do. Spirit of life began to fade, until finally comes the desire to die. I started to spoil with smoking, not eating, staying with friends, often do not go home, and all the activities that are not healthy. Gradually my physical get damaged and various diseases toward me. Although I knew that if I was sick, but none I stop such unhealthy activities. In fact, I fled to Jakarta in sickness.

I ran away from home action is an action that is not commendable. By running away from home, my escape from reality, and does not resolve the issue. I fled to Jakarta and started living alone. In Jakarta, the rest of the money and pain for long started badly, I began to live my life alone. For a while, my life is quiet. But still I do not know what to do.

Therefore, I am physically weak because of liver disease I had, a month in Jakarta only filled with sleep and sleep. I refused hospitalization and only rely on drugs provided by the hospital clinic. Until one day, I suddenly missed my papa and mama. I wanted to call but I am afraid that eventually I could not refuse if asked to go home, and that home will face a greater scorn. Finally, I buried just longing for it and I promise not to disappoint papa and mama.

Nostalgia is emerging because of my great love for papa and mama. This love is what evidently led to tremendous energy to rise. I began to be inspired to rise up, I immediately began to feel healthy, and motivated to prove that I can be successful return. This spirit stimulate my brain, which made my back will remember my dreams. All my focus to realize that dream.

Step by step I step to realize my dream. In sickness, I collated the business proposal. I started to call my friends. Not all friends accept me, because there are some who refuse for fear I'll owe. I keep moving forward and progressing. I throw shyness. I snapped out of fear, and focused solely on success. I became friends listen to all opinions will be my proposal, and I do not hesitate to ask their opinion. Tit for tat, my effort was not in vain. I then managed to get a business partner.

Really great power of love. I back up and realizing the ideals because of my love for papa and mama.

On the other hand, love is like a double-edged sword! Love can be a source inspiration and motivation, otherwise loss of a loved one can also make us back down. The departure of a loved one often makes us sad and such a prolonged loss of the world. Even this I also experienced!

Time papa died, grief struck. Got me down, because papa died without a chance to see me succeed. The departure of the people that I love, like my best friend, also got me down back. I lament and regret their departure. I'm sorry for ignoring and not pay attention to them when alive. This pain kept me buried and made me come back was not the spirit. However, the situation is different from what I experienced when I went bankrupt. Agony of grief my heart to divert to amuse yourself with friends in a cafe. Liquor poison me, and make me relapse liver disease. I'm still lazy treatment, until finally I fell ill and had to be hospitalized.

Recovered from liver disease, I halt entertain themselves in the cafe, and I overcome the pain by immersing themselves in work alone. Only by working then I felt sad, and each work has always let me assure myself that I am doing this for my loved ones. By working, gradually decreases sadness and sorrow is turned into joy when someone came to bring love.

This is where I awakened, and I also gained remember the words of the late David -my best friend- who once said; If you love someone, put your love in a circle and it will never ends.

I created this article as a thank you and my love to someone who has aroused me back.

Tuesday, September 22, 2015

Jangan Pernah Mengeluh

Tidak ada yang mudah di hidup ini. Semua perlu usaha keras untuk mencapainya. Apapun itu yang kau inginkan, apakah itu cita-citamu, atau apakah itu impianmu, semuanya harus diusahakan dengan sungguh-sungguh. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh maka tidak akan dapat meraih semua yang diinginkan.
Dari waktu ke waktu, hidup bukan bertambah mudah tetapi bertambah sulit. Kamu perlu berjuang, meneteskan peluh, menitikkan air mata, dan berdarah-darah untuk menjalaninya. 

Meskipun hidup ini tidak mudah, apakah berhenti menjalaninya ?

Tidak. Jangan pernah berhenti untuk menjalaninya.

Kehidupan sulit juga pernah dan sering saya alami. Saya menyaksikan sendiri mama yang berjuang keras supaya anak-anaknya dapat makan makanan bergizi. Meskipun papa memberi uang belanja terbatas tetapi mama tidak mengeluh atau marah kepada papa. Mama juga tidak meminta tambahan uang belanja, tetapi mama mencari cara lain untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. 
Perjuangan mama adalah teladan yang diajarkannya kepada anak-anaknya bahwa kerasnya hidup adalah tempaan bagi kita untuk menjadi orang yang berhasil dalam menjalani hidup ini. Kalau hidup ini mudah, maka tidak akan membuat kita tetap bersinar di tengah kerasnya kehidupan. Sebaliknya, kerasnya kehidupan adalah cara yang dibuat Sang Pencipta untuk manusia supaya menjadi indah dan bersinar. Oleh sebab itulah, mengeluhkan beratnya hidup adalah bukan tindakan yang dikehendaki oleh Sang Pencipta sebab dengan mengeluh maka sama saja dengan tidak menerima kehidupan yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta. 

Di saat kamu mengeluhkan beratnya hidup sama halnya dengan tidak mengakui kehadiranNya.

Never Complain

Nothing is easy in life. All the necessary effort to achieve them. Whatever it is that you want, whether it's your dream, or is it a dream, everything is to be undertaken in earnest. Without the genuine then it will not be able to achieve all that is desired.
From time to time, life is not easy but it increases more difficult. You need to fight, dripping sweat, tears, and bloody to live.

Although life is not easy, whether to stop living it?

No. Never cease to live.

Life difficult and often I have also experienced. I witnessed a mother who struggled so that their children can eat nutritious food. Though papa gave limited spending money but did not complain or get angry mama to papa. Mama also not did not ask extra spending money, but mama look for other ways to meet the needs of the household.
Mama struggle is exemplary that taught her children that the rigors of life is the forging for us to be successful in this life. When life is easy, it will not keep us shine amid the rigors of life. Instead, the harshness of life is the way the Creator made man in order to be beautiful and shining. For that reason, complained about the severity of life was not the action desired by the Creator because the complaining then tantamount to not accept the life that has been given by the Creator.

When you complained about the severity of life as well as not acknowledge his presence.

Monday, September 21, 2015

Against Arrogance 3

Proud

Everyone will be proud if it can achieve that dream

However, excessive pride can lead to arrogance

How can pride lead to pride?

Can, because pride is part of a vanity.

At elementary school: I proudly received the highest score in math, while other colleagues do not. I find it to be the smartest, and this is the beginning of vanity.

College: I am proud to have earned the best graduates, while other colleagues do not. Comrades praised me, and this is the beginning of vanity.

Time to work: I am proud to be able to get a big project, while other colleagues do not. I commend the company, comrades amazed on my success, and this is the beginning of vanity.

Reflect on all of the above, and ask "What I've become a Smug"

Melawan Kesombongan 3

Bangga 

Semua orang akan bangga apabila bisa meraih yang diimpikan

Tetapi, kebanggaan berlebih bisa menimbulkan kesombongan

Bagaimana bisa suatu kebanggaan menimbulkan kesombongan ?

Bisa, sebab kebanggaan adalah bagian dari sebuah kesombongan.

Waktu sekolah dasar : saya bangga mendapat nilai tertinggi di pelajaran matematika, sementara kawan lain tidak. Saya merasa menjadi yang terpandai dan inilah awal kesombongan.

Waktu kuliah : saya bangga bisa meraih gelar lulusan terbaik, sementara kawan lain tidak. Kawan-kawan memuji saya dan inilah awal kesombongan.

Waktu bekerja : saya bangga bisa mendapatkan proyek besar, sementara kawan lain tidak. Perusahaan memuji saya, kawan-kawan berdecak kagum atas keberhasilan saya, dan inilah awal kesombongan.

Renungkanlah semua di atas, dan bertanyalah " Apakah Aku sudah menjadi Sombong "

Saturday, September 19, 2015

Against Arrogance 2

Continuing the theme of the fight against arrogance, I want to tell you a little about the person who was initially good but ended up being very arrogant. Let's call him Badu.

A little story about the Badu:

Badu came from poor families. He was only able to continue school up to level 3 Diploma and for further work to help educate his sister. He migrated to the big city and in the city and indirect jobs. To meet the daily needs, Badu worked as kernet public transportation, sometimes singing. When he still did not work, the father died so that Badu had to help his family to send their younger siblings.

Long story short, Badu finally got a job in a foreign company and began to have an established life, until finally Badu has his own company. Through the hard work of one of his staff, the Badu has won major projects and life-changed completely. Badu become rich in a short time. Debts paid off and he has a lot of money.

Wealth obtained suddenly, makes Badu turned into a snob. He argued that money is everything, and can buy all he wants.


From a little story above, there is one important point, namely: pride appears after Badu become rich. How can it be explained?

First:
Look past the Badu who come from poor families.

Second:
Si Badu has a lot of money that can be used to fulfill the desire that had not previously been able to materialize.

Third:
Because a lot of money and the Badu could fulfill the desire that never materialized earlier, appeared vanity. Vanity which originally comes from pride can fulfill his desire, and pride gradually turned into a vanity.

Why Pride can turn into arrogance?

Pride is a form of satisfaction of being able to fulfill something that previously could not be fulfilled. For example: the Abu want to buy a car, but the income is not sufficient and then finally able to buy it gets a big bonus; this creates a sense of pride. Then, because of pride can buy a car, the Abu wanted to show his success to others. He began to show his success to his brothers, and eventually to others. He tells how he was finally able to buy a car. Pride and with a desire to show his success to others is the beginning of pride.

Still do not understand the above explanation? Look forward to the next story.

Melawan Kesombongan 2

Melanjutkan topik tentang melawan kesombongan, saya ingin sedikit bercerita tentang seseorang yang awalnya baik tetapi akhirnya menjadi sangat sombong. Sebut saja namanya Badu.

Sedikit tentang si Badu :

Badu berasal dari keluarga yang kurang mampu. Dia hanya dapat melanjutkan sekolah sampai jenjang Diploma 3 dan untuk selanjutnya bekerja guna membantu menyekolahkan adiknya. Dia merantau ke kota besar B dan di kota tersebut tidak langsung mendapatkan pekerjaan. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Badu bekerja sebagai kernet angkutan kota, kadang mengamen. Di saat masih belum bekerja, sang Ayah meninggal sehingga Badu harus membantu keluarganya untuk menyekolahkan adik-adiknya.

Singkat cerita, Badu akhirnya mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan asing dan mulai mempunyai kehidupan yang mapan, sampai akhirnya Badu mempunyai perusahaan sendiri. Lewat kerja keras dari seorang staf-nya, si Badu berhasil memenangkan proyek besar dan hidupnya-pun berubah total. Badu menjadi orang yang kaya dalam waktu singkat. Hutang-hutangnya terlunasi dan dia mempunyai banyak uang.

Kekayaan yang diperolehnya secara tiba-tiba, membuat Badu berubah menjadi sombong. Dia berpendapat bahwa uang adalah segala-galanya, dan bisa membeli semua yang dia inginkan.


Dari sekelumit cerita di atas, terdapat satu point penting yaitu : kesombongan muncul sesudah Badu menjadi kaya. Bagaimana bisa dijelaskan ?

Pertama :
Melihat masa lalu si Badu yang berasal dari keluarga kurang mampu.


Kedua :
Si Badu mempunyai banyak uang yang bisa digunakannya untuk memenuhi keinginannya yang sebelumnya tidak pernah dapat terwujud.

Ketiga :
Karena uang yang banyak dan si Badu bisa memenuhi keinginan yang tidak pernah terwujud sebelumnya, muncul kesombongan. Kesombongan yang awalnya berasal dari kebanggaan dapat mewujudkan keinginannya, dan lambat laun kebanggaan ini berubah menjadi kesombongan.

Mengapa Kebanggaan bisa berubah menjadi Kesombongan ?

Rasa bangga adalah bentuk dari kepuasan karena dapat memenuhi sesuatu yang sebelumnya tidak dapat terpenuhi. Misalnya : si Abu ingin beli mobil, tetapi penghasilan tidak mencukupi dan kemudian akhirnya bisa membeli karena mendapat bonus besar; hal ini menimbulkan rasa bangga. Kemudian, karena bangga bisa membeli mobil, si Abu ingin menunjukkan keberhasilannya ke orang lain. Dia mulai menunjukkan keberhasilannya ke saudara-saudaranya, dan akhirnya ke orang lain. Dia cerita bagaimana caranya dia akhirnya bisa membeli mobil. Rasa bangga dan disertai keinginan untuk menunjukkan keberhasilannya ke orang lain adalah awal dari kesombongan.

Masih belum mengerti dengan penjelasan di atas ? Nantikan kisah selanjutnya.




Against arrogance

Arrogant ... 

Does that make me a snob? 

If I had been arrogant since birth? 

I was not born into an arrogant people, but why I am now a snob? 

I'm not an arrogant person I brag about my success is to cover my weakness 

I boast about my wealth because I was poor before 

So .. I became arrogant is to cover my weakness, my handicap 

So .. I must accept my shortcomings to reduce or eliminate my arrogant

Melawan Kesombongan

Sombong...

Apakah yang membuat saya menjadi sombong ?

Apakah saya memang sudah sombong sejak dilahirkan ?

Saya tidak dilahirkan menjadi orang yang sombong, tetapi mengapa saya sekarang sombong?

Saya bukan orang yang sombong

Saya menyombongkan keberhasilan saya adalah untuk menutupi kekurangan saya

Saya menyombongkan kekayaan saya karena dahulu saya miskin

Jadi..

Saya menjadi sombong adalah untuk menutupi kekurangan saya

Jadi..

Saya harus menerima kekurangan saya untuk mengurangi atau menghilangkan kesombongan saya


Friday, September 18, 2015

The beauty to Forgive 2

See you again with the story of "Beauty of Forgiveness"

Continuing the previous story ...

Before leaving for Semarang, I make a preparation to prove that I am not evil. What do I do? What I do is against my vanity and hardness of my heart. Not easy ! But I have to be. So .. how?

Ok ... for the method..I will tell the next story .. now ... I continue the story first. :) (Sorry if I shorten the story, so do not be boring).

After passing through a grueling overland trip, I arrived in Semarang. Before entered the city of Semarang, I called my sister and asked her to get ready for dinner. My sister said: "Crazy you. Are you not tired?" I said No, and must have dinner today. Finally agreed to have dinner at a restaurant a decent distance from my sister's house.

I arrived at my sister's house, and got ready to go to dinner. Before leaving, I asked if my brother had been told, and he answered already.

Our family first arrived at the restaurant, and my brother has not arrived. We sat down and ordered food when my brother showed up. I see his face appeared haggard and old. I stood up to greet and hug him. While hugging, I said "excuse me".

Unusual sight has occurred. My sister and mom, too stunned. They surprise to what I did. When I sat down, my nephew said "that is so great. The brothers have been getting along again."


Forgiveness is beautiful.
To be able to forgive, apologize in advance
Many can not forgive because they did not dare to ask for an apology

Indahnya Memaafkan 2

Jumpa lagi dengan kisah "Indahnya Memaafkan"

Melanjutkan kisah sebelumnya...

Sebelum berangkat ke Semarang, saya membuat sebuah persiapan untuk membuktikan bahwa saya tidak jahat. Apakah yang saya lakukan ? Yang saya lakukan adalah melawan kesombongan diri, dan melawan kekerasan hati sendiri. Tidak mudah ! Tetapi saya harus bisa. Lalu.. bagaimana caranya ?

Ok...untuk caranya..nanti akan saya ceritakan pada kisah selanjutnya.. sekarang...saya lanjutkan dahulu kisah ini. :)   (maaf kalau saya persingkat ceritanya, supaya tidak menjadi membosankan).

Setelah melewati perjalanan darat yang melelahkan, saya tiba di Semarang. Seebelum memasuki kota Semarang, saya telpon kakak perempuan saya dan memintanya untuk siap-siap makan malam. Kakak perempuan saya berkata : "Gila kamu. Apakah kamu tidak lelah ?" Saya berkata Tidak, dan harus makan malam saat ini juga. Akhirnya disepakati makan malam di sebuah rumah makan yang lumayan jaraknya dari rumah kakak saya.

Saya tiba di rumah kakak saya, dan bersiap-siap untuk pergi makan malam. Sebelum berangkat, saya bertanya apakah kakak laki-laki saya sudah diberitahu, dan dijawabnya sudah.

Kami sekeluarga tiba terlebih dahulu di rumah makan, dan kakak lelaki saya belum juga sampai. Kami duduk dan memesan makanan pada saat kakak laki-laki saya muncul. Ku lihat wajahnya yang kuyu dan nampak tua. Saya berdiri menyambutnya, dan memeluknya. Sambil memeluk, saya berkata "maafkan aku".

Pemandangan yang tidak biasa sudah terjadi. Kakak perempuan saya dan mama pun ikut bengong. Mereka heran. Saat saya kembali duduk, keponakan saya berkata "nah gitu baru hebat. Kakak dan adik sudah akur kembali."


Memaafkan memang indah.
Untuk bisa memaafkan, mintalah maaf terlebih dahulu
Banyak yang tidak bisa memaafkan kerena tidak berani meminta maaf


Thursday, September 17, 2015

The beauty to forgive

"Why do not dare to forgive?"


We can all forgive, but must admit that NOT DARE to forgive. Why is that ? Actually, the reason is very simple, namely:


"I've been hurt and I never will forget the pain that is in me."


It is my experience. An event has made me a big fight with my older brother, and he spontaneously said:


"You were just troublemakers. Always troublesome family. There is no good you do for your family "




Who does not hurt to say so?

Surely there were not hurt, but not with me. What my brother said is painful to me, and began to emerge the seeds of hatred in me. Hatred that continues to grow without restraint, and for many years I did not talk to him.

One time, I received a call from my sister, and was told that my brother was in financial trouble. To pay the tuition fees alone can not, and his daughter could not be further threatened to school. He wanted to meet me and ask for help.

Hearing the story of my sister, my heart said:

"You're in trouble and needed my help. What am I going to help? No way. In the past you've hurt me, and forever I will let your life miserable. I will not help you"

Back to the conversation with my sister, I say: "Want to see me ? Okay, but then if I was to Semarang." Actually, my answer just lip service only, and my sister know that I do not want to see, and still hate my brother. Finally my sister said: "Well, let him wait for you. But do not you feel sorry for your nephew who will not go to school? I replied:" She is not my nephew. My niece just yours alone " Finally, instead of a long debate, sister hung up by saying " yes sure, then if you go to Semarang please inform. Your mama miss you too "

After a few months, I could finally get a vacation to Semarang. Heart feels happy because I can meet with mama. Okay. I've been in Semarang and met with the sister, her children, and of course my beloved mama.

In one afternoon, I was sitting on the porch with mom, my brother came. He greeted me "hey How are you. What time arrive ?" and I said "good. Just now". My brother go straight into the house and left me and mama on the terrace.

I-continued chatting with mama. Until my nephew comes from within and with a little joke he said, "you evil with your brother. He was in problem. Do not be so. Forgive him. Grandpa just always forgive you even if you often make him sad and angry. "

Boooom .. like a lightning! I was surprised with my nephew greeting. Moreover, his words reminiscent of the treatment of the deceased father to me. Papa was hard, and I often create problems that make Papa hassles to finish, but papa always forgive me and never show anger to me.

Listening to my niece, I feel like crying remember papa, and want also angry with nephew because his words. But I hold all of it, and stared. Seeing me staring, mama stroked my head and said: "Never mind, which then is gone. Now you have to meet the desires papa and mama. Papa also happy to see you now. For the problem brother of yours, it's up to you alone. He himself created problem. But, if you want to help, so please help school children only. Even if you do not like and do not acknowledge their nephew, but he still my grandchildren too. Help their school, and help them just as well by making me more happy. But if you do not want to help, I can not force. I will use my savingto help. "

The problem is not because I do not want to help, but because I still hate my brother. My hatred is very big, and this makes me be indifferent to him and give the impression that I am evil.

I am not evil. I just hate it! It is always said by my little heart, and it continues to oppress me, because always ringing word "you are evil".

I long pondered my nieces and convince myself that I am not evil. But until the holiday is over, still ringing word "you are evil".

Two months have passed since my vacation in Semarang, and I got a chance to go to Semarang again. Events that happened two months ago has begun to disappear from my memory, though still ringing word "you are evil". I returned to Semarang with one intention, I must prove that I am not evil.

How can I prove it?

How can I overcome my hatred for my brother?

--- Wait for the next story ---

Indahnya Memaafkan

“Mengapa tidak berani memaafkan ?”


Kita semua bisa memaafkan, tetapi harus mengakui bahwa TIDAK BERANI untuk memaafkan. Mengapa demikian ? Sebenarnya, alasannya sangat mudah yaitu :


"Saya sudah disakiti dan saya tida pernah akan lupa rasa sakit yang ada pada diri saya."


Hal ini saya alami. Sebuah peristiwa telah membuat saya bertengkar hebat dengan kakak lelaki saya, dan dia spontan mengatakan :


“kamu itu tukang bikin masalah saja. Selalu merepotkan keluarga. Tidak ada yang baik kamu lakukan untuk keluargamu"




Siapa yang tidak sakit hati dikatakan demikian ?

Tentunya ada yang tidak sakit hati, tetapi tidak dengan saya. Ucapan kakak adalah menyakitkan saya, dan mulai muncul benih kebencian dalam diri saya. Kebencian yang terus membesar tanpa kendali, dan bertahun-tahun saya tidak bicara dengannya.


Suatu saat, saya terima telpon dari kakak perempuan saya, dan diberitahu bahwa kakak saya sedang dalam kesulitan keuangan. Untuk membayar uang sekolah anaknya saja tidak bisa, dan anaknya terancam untuk tidak bisa lanjut sekolah. Dia ingin ketemu saya dan meminta bantuan.

Mendengar cerita kakak perempuan saya, dalam hati saya berkata :

"nah rasain sekarang. Kamu sedang bermasalah dan membutuhkan bantuanku. Memangnya aku akan membantumu ? Enak saja. Dulu kamu pernah menyakitiku, dan selamanya aku akan biarkan hidupmu menderita. Aku tidak akan membantumu"

Kembali ke percakapan dengan kakak perempuan, saya berkata : "ketemu boleh saja, tetapi nanti kalau aku ke Semarang." Sebenarnya, jawaban saya hanya pemanis bibir saja, dan kakak perempuan sayapun tahu bahwa saya tidak ingin berjumpa dan masih membenci kakak lelaki saya. Akhirnya kakak perempuan saya berkata : "baiklah, biarlah dia menunggumu. Tetapi apakah kamu tidak kasihan dengan keponakanmu yang nantinya tidak bisa sekolah ? Saya jawab : "dia bukan keponakanku. Keponakanku hanya anakmu saja" Akhirnya, daripada berdebat panjang, kakak perempuan menutup telpon dengan berkata "ya sudah, nanti kalau kamu ke Semarang khabari saja. Mama-mu kangen juga"

Selang beberapa bulan, akhirnya saya bisa mendapat liburan untuk ke Semarang. Hati terasa senang karena bisa berjumpa dengan mama. Singkat cerita, saya sudah di Semarang dan berjumpa dengan kakak perempuan, anak-anaknya, dan tentunya mama tercinta.

Di suatu sore, saat saya sedang duduk di teras bersama mama, kakak lelaku saya datang. Dia menyapa saya "hai apa khabar. Datang jam berapa ?" dan saya jawab "baik. Barusan sampai".  Kakak langsung masuk ke dalam rumah dan meninggalkan saya dan mama di teras.

Saya-pun melanjutkan ngobrol dengan mama. Sampai suatu saat, keponakan saya muncul dari dalam dan dengan sedikit bercanda dia berkata : "om..kok kamu jahat dengan kakak-mu. Dia khan sedang ada masalah. Janganlah begitu. Maafkan dia. Opa saja selalu memaafkan kamu walaupun kamu sering buat hatinya sedih dan marah."

Dhueeer.. bagaikan petir menyambar ! Saya kaget dengan ucapan ponakan saya. Apalagi ucapannya mengingatkan perlakuan almarhum papa kepada saya. Papa memang keras, dan saya sering membuat masalah yang membuat Papa kerepotan untuk menyelesaikannya, tetapi papa selalu memaafkan saya dan tidak pernah menunjukkan kemarahannya kepada saya.

Mendengar ucapan keponakan saya, ingin rasanya saya menangis teringat papa, dan ingin juga marah kepada keponakan karena ucapannya. Tetapi saya tahan semuanya itu, dan bengong. Melihat saya bengong, mama mengusap kepala saya dan berkata : "sudahlah, yang lalu sudah berlalu. Sekarang kamu sudah memenuhi keinginan papa dan mama. Papa mu juga bahagia melihatmu sekarang. Untuk masalah kakak-mu, terserah kamu saja. Toch dia sendiri yang buat kesalahan. Tetapi, kalau kamu mau bantu, ya bantulah sekolah anaknya saja. Biarpun kamu tidak suka dan tidak mengakui mereka keponakanmu, tetapi dia tetap cucu mama juga. Bantulah sekolah mereka, dan membantu mereka sama juga dengan membuat mamamu ini tambah bahagia. Tapi kalau kamu tidak mau mebantu, mama juga tidak bisa memaksa. Biarlah nanti mama pakai tabungan mama untuk membantunya."

Letak persoalannya bukan karena saya tidak mau membantu, tetapi karena saya masih membenci kakak lelaki saya. Kebencian saya sangat besar, dan ini membuat saya menjadi acuh kepadanya dan menimbulkan kesan bahwa saya jahat.

Saya tidak jahat. Saya hanya membencinya ! Ini yang selalu dijeritkan hati kecil saya dan hal ini terus menyesakkan saya, sebab selalu terngiang kata "om kamu jahat".

Lama saya merenungkan ucapan keponakan saya dan meyakinkan diri bahwa saya tidak jahat. Tetapi sampai liburan berakhir, masih saja terngiang kata "om kamu jahat".

Dua bulan berlalu sejak saya berlibur ke Semarang, dan saya mendapat kesempatan untuk ke Semarang lagi. Peristiwa yang terjadi dua bulan lalu sudah mulai hilang dari ingatan saya, meskipun masih terngiang kata "om kamu jahat". Saya kembali ke Semarang dengan satu tekad, saya harus buktikan bahwa saya tidak jahat. 

Bagaimana saya membuktikannya ?

Bagaimana saya mengatasi kebencian saya kepada kakak lelaki saya ?

---Tunggu kisah selanjutnya---