Sumber energi terbesar utk motivasi dan inspirasi adalah cinta.
Pernahkah kita tidak mendapatkan inspirasi dalam hidup ini ?
Pernahkah kita mengalami kehilangan motivasi untuk menjalani hidup ?
Sebagian besar -dan mungkin semua- orang pernah mengalami tidak adanya inspirasi dan kehilangan motivasi dalam hidup ini. Tidak adanya inspirasi dan kehilangan motivasi dalam menjalani hidup adalah keadaan yang tidak mengenakkan dan apabila keadaan ini berlarut-larut maka bisa menyebabkan rasa putus asa yang besar dan akhirnya menimbulkan pikiran serta dorongan untuk bunuh diri.
Saya pernah mengalami situasi yang saya sebut di atas pada saat usaha saya bangkrut dan hutang menumpuk. Situasi yang saya alami sangat tidak mengenakkan. Ditambah dengan perlakuan kakak-kakak saya yang sangat sinis terhadap saya.
Belum lagi lingkungan tetangga yang ngrumpi tentang kebangkrutan saya; dan debt collector yang hampir tiap hari menyambangi rumah. Setiap hari selalu stress, cemas, dan dihinggapi ketakutan. Situasi ini memunculkan kebiasaan baru pada diri saya : bangun pagi-pagi dan segera pergi dari rumah, dan pulangnya larut malam. Saya sia-siakan waktu saya untuk hal-hal tidak berguna, seperti nongkrong di terminal. Saya pulang selalu di atas jam 00.00, dan itupun tetap tidak bisa tidur, karena dilanda ketakutan hebat akan hari esok.
Saya benar-benar menghadapi jalan buntu, berada di dalam kubangan dan lobang yan gelap. Saya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Semangat hidup mulai pudar, sampai akhirnya muncul keinginan untuk mati. Saya mulai merusak diri dengan merokok, tidak makan, begadang dengan teman-teman, sering tidak pulang, dan semua kegiatan yang tidak sehat. Lambat laun fisik saya rusak dan bermacam penyakit menghampiri saya. Meskipun saya tahu kalau saya sakit, tetapi tidak satupun saya hentikan kegiatan tidak sehat tersebut. Bahkan, saya kabur ke Jakarta dalam keadaan sakit.
Tindakan saya kabur dari rumah adalah tindakan yang tidak terpuji. Dengan kabur dari rumah, saya lari dari kenyataan, dan tidak menyelesaikan masalah. Saya kabur ke Jakarta dan memulai hidup sendiri. Di Jakarta, dengan sisa uang yang ada dan sakit yang lama-lama mulai parah, saya mulai menjalani hidup saya sendiri. Untuk sementara, hidup saya tenang. Tapi tetap saja saya tidak tahu harus berbuat apa.
Oleh karena fisik saya lemah karena penyakit liver yang saya alami, satu bulan di Jakarta hanya diisi dengan tidur dan tidur. Saya menolak opname dan hanya mengandalkan obat yang diberikan oleh klinik RS. St. Carolus. Sampai suatu hari, saya tiba-tiba merindukan papa dan mama saya. Saya ingin telpon tapi saya takut kalau akhirnya saya tidak bisa menolak apabila diminta pulang, dan kalau pulang akan menghadapi cibiran yang lebih hebat. Akhirnya, saya pendam saja kerinduan itu dan saya berjanji untuk tidak mengecewakan papa dan mama.
Rasa rindu ini muncul karena rasa cinta saya yang besar terhadap papa dan mama. Rasa cinta inilah yang ternyata memunculkan energi luar biasa untuk bangkit. Saya mulai terinspirasi untuk bangkit, seketika saya mulai merasa sehat, dan termotivasi untuk membuktikan bahwa saya bisa sukses kembali. Semangat ini menstimulir otak saya, yang membuat saya kembali ingat akan impian saya. Semua saya fokuskan untuk mewujudkan impian tersebut.
Setapak demi setapak saya melangkah untuk mewujudkan impian saya. Dalam keadaan sakit, saya susun proposal bisnis. Saya mulai hubungi teman-teman saya. Tidak semua teman menerima saya, sebab ada beberapa yang menolak karena takut saya akan berhutang. Saya tetap maju dan maju. Saya buang perasaan malu. Saya buang semua ketakutan, dan hanya berfokus untuk sukses. Sayapun dengarkan semua opini teman akan proposal saya, dan tidak segan saya minta pendapat mereka. Gayung bersambut, usaha saya tidaklah sia-sia. Sayapun berhasil mendapat partner usaha.
Sungguh hebat kekuatan cinta. Saya kembali bangkit dan mewujudkan cita-cita karena cinta saya terhadap papa dan mama.
Di sisi lain, cinta itu bagaikan pisau bermata dua ! Cinta bisa menjadi sumber insirasi dan motivasi, sebaliknya kehilangan orang yang dicintai juga bisa membuat kita down kembali. Kepergian orang yang kita cintai sering membuat kita sedih berkepanjangan dan seperti kehilangan dunia. Inipun juga saya alami!
Waktu papa meninggal, kesedihan melanda. Sempat saya down, karena papa meninggal tanpa sempat melihat saya berhasil. Kepergian orang-orang yang saya cintai, seperti sahabat terbaik saya, juga membuat saya down kembali. Saya meratap, dan menyesali kepergian mereka. Saya menyesal karena mengacuhkan dan tidak memperhatikan mereka sewaktu hidup. Kepedihan ini terus saya pendam dan membuat saya kembali tidak semangat. Hanya saja, situasi yang saya alami berbeda dengan waktu saya bangkrut. Kepedihan da kesedihan hati saya alihkan dengan menghibur diri bersama teman di kafe. Minuman keras meracuni saya, dan membuat penyakit liver saya kambuh. Saya masih malas berobat, sampai akhirnya saya jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit.
Sembuh dari penyakit liver, saya menghentikan kegiatan menghibur diri di kafe, dan saya atasi kepedihan dengan membenamkan diri di pekerjaan saja. Hanya dengan bekerja maka saya merasa tidak sedih, dan setiap bekerja selalu saya yakinkan diri saya bahwa saya lakukan ini untuk orang yang saya cintai. Dengan bekerja, sedikit demi sedikit rasa sedih berkurang, dan kesedihan ini berubah menjadi kebahagiaan pada saat seseorang datang membawa cinta.
Di sinilah saya tersadarkan, dan sayapun ingat akan ucapan Alm David -sahabat terbaik saya- yang pernah berkata; Huang, if you love someone, put your love in a circle and it will never ends.
Tulisan ini saya buat sebagai ucapan terima kasih dan cinta saya terhadap seseorang yang sudah membangkitkan saya kembali